This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 02 Juni 2014

Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia

Sistem reproduksi manusia adalah salah satu bagian tubuh manusia yang mempunyai kerentanan terkena berbagai macam  penyakit  .  penyakit penyakit itu sendiri bisa di sebabkan berbagai hal di antarnya virus , bakteri , tumor atau mungkin funsgi reproduksi itu bermasalah . tempat yang lembab memungkinan menjadi faktor utama mudah terkena penyakit .
 Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia


 Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia di bagi menjadi 2 yaitu sistem reproduksi wanita dan sistem produksi laki laki . Untuk itu anda harus tahu apa saja penyakit yang mudah hinggap di sistem reproduksi :

 Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia ( Wanita )


  • Gangguan Menstruasi
    ganguan ini terjadi berupa amenore primer dan juga amenore sekunder. ini terjadi ketika menstruasi tidak berumur 17 tahun dan juga tidak di ikuti dengan seskusal seskuner . 
  • Edometriosis
    ini merupakan gejala yang di sebabkan oleh endometrium wanita berada di wilayah luar rahim di ovarium, oviduk, ataupun di jalur luar rahim wanita 
  • Infeksi Vagina
    ini adalah penyakit yang di akibatkan keputihan berlebihan yang menyebabkan bau yang sangat menyengat . 
  • Mandul
    di akibtakan oleh gangguan penyakit atau inveksi virus . 
 Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusia ( Laki Laki )
  • Hipogonadisme
    Merupakan gangguan yang terjadi , menurunya fungsi testis pada pria yang di sebabkan adanya gangguan interaksi hormon yakni androgen dan juga estrogen
  • Urektritis
    Adalah peradangan pada bagian uretra dengan disertai dengan gejala rasa gatal yang berlebih terutama pada bagian penis. Pria yang terkena penyakit ini akan sering buang air kecil. Penyebabnya adalah virus herpes. 
  • Prostatitis
    Adalah gejala dimana prostat meradang. Penyebabnya adalah bakteri bernama Escherichia colia. 

  •  Sifilis
    Penyakit ini disebabkan bakteri bernama Treponema Pallium yang didapatkan seseorang melalui hubungan seksual, luka mikroskopis dan juga trasfusi darah.

Reproduksi pada Manusia


Seperti halnya mamalia lainnya, manusia bereproduksi secara seksual dan bersifat vivipar atau melahirkan anaknya. Ovum yang telah dibuahi oleh sperma akan menghasilkan zigot yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi embrio di dalam uterus (rahim) ibunya.
Alat kelamin manusia dibedakan menjadi alat kelamin jantan (pria) dan alat kelamin betina (wanita). Baik pria maupun wanita mempunyai bagian-bagian alat kelamin yang terdapat di dalam tubuh dan juga yang terdapat di luar tubuh.

Alat reproduksi pria

Malerepr Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
Alat kelamin dalam pria terdiri atas:
a.     Testes
Berjumlah sepasang, dan berbentuk bulat telur. Organ ini tersimpan dalam suatu kantung pelindung yang disebut skrotum (kantong buah zakar) dan terletak diluar rongga perut, berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan juga hormon kelamin jantan yaitu testosteron. Testis banyak mengandung pembuluh halus disebut tubulus seminiferus.
b.     Saluran reproduksi, terdiri atas:
-     Epididimis, yaitu saluran panjang berkelok-kelok yang terdapat di dalam skrotum yang keluar dari testis. Setiap testis mempunyai satu epididimis, sehingga jumlahnya sepasang, kanan dan kiri. Saluran ini panjang dan berbelok-belok di dalam skrotum. Di dalam epididimis ini sperma disimpan untuk sementara dan menjadi matang sehingga dapat bergerak.
-    Vas deferens, yaitu saluran yang merupakan lanjutan dari epididimis. Bagian ujung saluran ini terdapat di dalam kelenjar prostata. Fungsi vas deferens ialah sebagai jalan sperma dari epididimis ke kantung sperma (vesicula seminalis).
c.     Kelenjar kelamin
Di samping saluran kelamin, alat kelamin dilengkapi dengan kelenjar kelamin, yang bertugas menghasilkan sekrit (getah) yaitu:
-    Vesicula seminalis (kantung sperma): berjumlah sepasang, dan menjadi satu kantong. Dindingnya dapat menghasilkan cairan berwarna kekuningan yang banyak mengandung makanan untuk sperma.
-    Kelenjar prostat:     getah yang dihasilkan dialirkan ke saluran sperma.
-    Kelenjar bulbo uretra: menghasilkan getah
-    Kelenjar Cowper: terdapat pada pangkal urethra. Getah yang diproduksi berupa lendir dan dialirkan ke urethra.
Sperma bersama getah yang diproduksi oleh kelenjar kelamin tadi akan membentuk suatu komponen yang disebut semen. Semen ini akan dipancarkan keluar melalui uretra yang terdapat di dalam penis (alat kelamin luar pria).
d.     Urethra
Urethra ialah saluran yang terdapat di dalam penis yang mempunyai dua fungsi, yaitu:
-    sebagai saluran urine dari kandung kemih (vesica urinaria) keluar tubuh
-    sebagai saluran untuk jalannya semen dari kantong semen.
Alat kelamin luar pria terdiri atas:
a.    Penis
Merupakan organ yang berperan untuk kopulasi (persetubuhan). Kopulasi adalah hubungan kelamin (senggama) antara pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan semen ke dalam rahim wanita. Dari dalam penis terdapat uretra berupa saluran yang dikelilingi oleh jaringan yang banyak mengandung rongga darah (korpus cavernosum). Apabila karena sesuatu hal korpus cavernosum itu penuh berisi darah, maka penis akan tegang dan mengembang disebut ereksi. Hanya dalam keadaan ereksilah penis dapat melakukan tugas sebagai alat kopulasi. Alat reproduksi pada pria mulai berfungsi semenjak masa puber (± 14 tahun) sampai tua selama manusia itu dalam keadaan sehat.
b.    Scrotum
Merupakan kantung tempat kedua testis berada.
Untuk lebih jelas mengenai alat reproduksi pria bisa dilihat di sini.

Alat reproduksi wanita

Seperti halnya pria, alat reproduksi wanita juga terdiri atas alat kelamin luar dan alat kelamin dalam.
Alat kelamin luar wanita terdiri atas:
femalereprod Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
a.    Celah luar yang disebut vulva.
b.    Di sebelah kiri dan kanan celah ini dibatasi oleh sepasang bibir, yaitu bibir besar (labium mayor) dan bibir kecil (labium minor).
c.    Di sebelah depan dari vulva terdapat tonjolan yang disebut kelentit (klitoris), yang sejarah terjadinya sama dengan perkembangan penis pada pria.
d.    Ke dalam vulva ini bermuara dua saluran, yaitu saluran urine (urethra) dan saluran kelamin (vagina).
Alat kelamin dalam wanita terdiri atas:
Female%20Reproductive%20System Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
a.     Ovarium (indung telur)
Berjumlah sepasang, kecil, dan alat ini terdapat dalam rongga badan, didaerah pinggang, bentuknya seperti telur. Di dalam ovarium terdapat jaringan kelenjar buntu (kelenjar endokrin) dan jaringan yang membuat sel telur (ovum) yang disebut folikel.
b.     Saluran reproduksi
-    Saluran telur (tuba fallopi), berjumlah sepasang, kanan dan kiri. Pada bagian pangkalnya berbentuk corong yang disebut infundibulum. Infundibulum dilengkapi dengan jumbai-jumbai yang berfungsi untuk menangkap sel telur yang telah masak dan lepas dari ovarium.
-    Rahim (uterus), bertipe simpleks, artinya hanya memiliki satu ruangan. Berbentuk buah pir, dan bagian bawahnya mengecil disebut leher rahim (cervix). Dinding rahim terdiri atas beberapa lapisan otot dan jaringan epitel. Lapisan terdalam yang membatasi rongga rahim terdiri atas jaringan epitel yang disebut endometrium atau selaput rahim. Lapisan ini banyak menghasilkan lendir dan banyak mengandung pembuluh darah. Sebulan sekali, yaitu pada waktu menstruasi (haid), lapisan ini dilepaskan yang diikuti dengan pendarahan. Dinding rahim akan selalu mengalami perubahan ketebalan, dan peristiwanya dipengaruhi oleh hormon.
-    Vagina, merupakan akhir dari saluran kelamin dalam yang terdapat dalam vulva dan merupakan organ persetubuhan bagi wanita. Karena fungsinya yang penting yakni untuk melahirkan bayi, maka organ ini banyak mempunyai banyak lipatan. Hal ini mempermudah wanita pada waktu melahirkan bayinya, sehingga vagina tersebut tidak sobek. Dinding vagina mempunyai banyak selaput lendir yang berkelenjar, salah satu kelenjar yang penting ialah glandula Bartholini.

Mekanisme produksi ovum dan siklus menstruasi

Ovarium seorang wanita mampu memproduksi sel telur setelah masa puber sampai dewasa subur, yaitu berkisar antara umur 12 sampai dengan 50 tahun. Setelah sel telur habis diovulasikan, maka seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi (haid), dan disebut masa menopause. Pada masa menopause alat reproduksi tidak berfungsi lagi dan mengecil, karena berkurangnya produksi hormon kelamin.
Mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh hormon yang dihasilkan hipofisis. Mekanisme produksi sel telur dan siklus menstruasi adalah sebagai berikut.
-    Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon ini berfungsi untuk memacu pembentukan folikel dalam ovarium.
-    Folikel yang sedang tumbuh tersebut memproduksi hormon estrogen. Fungsi hormon estrogen ialah:
  • merangsang pertumbuhan endometrium dinding rahim
  • menghambat produksi FSH oleh pituitari
  • memacu pituitari untuk memproduksi hormon LH (Luteinizing Hormone). Keluarnya LH dari hipofisis menyebabkan telur masak, dan keluar dari dalam folikel, peristiwa inilah yang disebut ovulasi.
-    Setelah telur masak dan meninggalkan ovarium, LH mengubah folikel menjadi badan berwarna kuning yang disebut korpus luteum. Dan sekarang tidak mampu memproduksi estrogen lagi, tetapi mampu memproduksi hormon progesteron. Hormon progesteron berfungsi untuk  mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan endometrium.
-    Bila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi estrogen terhenti. Hal ini menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat rendah, akibatnya aktivitas hipofisis untuk memproduksi LH juga menurun. Penurunan produksi LH menyebabkan korpus luteum tidak dapat memproduksi progesteron. Tidak adanya progesteron dalam darah menyebabkan penebalan dinding rahim tidak dapat dipertahankan, selanjutnya akan luruh dan terjadilah pendarahan. Inilah yang disebut menstruasi.
-    Bila terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, maka zigot yang terbentuk akan melakukan nidasi / transplantasi (penanaman diri) pada endometrium.  Zigot akan berkembang menjadi embrio, terus menjadi janin. Selanjutnya placenta janin yang terbentuk akan menghasilkan HCG (Human Chorionic Gonadotropic) yang akan menggantikan peran progesteron. Janin ini mendapat makanan dari tubuh induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari / tembuni).
Selaput pembungkus embrio terdiri dari amnion, korion, sakus vitelinus dan alantois.
em 0259 Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
christophersmith1 placenta baby in amnion Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
ts Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
Janin kucing sebagai contoh perbandingan: 1 umbilicus, 2 amnion, 3 allantois, 4 kantung kuning telur, 5 perdarahan, 6 placenta

em 0128 Sistem Reproduksi (2) : Reproduksi pada Manusia
Sakus vitelinus (kantong kuning telur) terletak di antara amnion dan plasenta, merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah yang pertama. Selaput-selaput tersebut berfungsi untuk:
  • Melindungi embrio terhadap kekeringan dan goncangan-goncangan.
  • Membantu proses pernapasan, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnyaselama kehidupannya didalam rahim.
Amnion
Merupakan selaput yang membatasi ruangan amnion di mana terdapat embrio. Dinding amnion menghasilkan cairan berupa air ketuban yang berguna untuk menjaga agar embrio tetap basah dan tahan goncangan.
Korion
Merupakan selaput yang terdapat di sebelah luar amnion. Korion dan alantois akan tumbuh keluar membentuk jonjot dan berhubungan dengan dinding rahim. Jonjot-jonjot korion menempel pada dinding rahim. Di dalamnya terdapat pembuluh-pembuluh darah yang berhubungan dengan peredaran darah ibu dengan perantaraan plasenta.
Alantois
Terletak di dalam tali pusat. Jaringan epitelnya menghilang dan yang menetap adalah pembuluh-pembuluh darahnya yang berfungsi untuk menghubungkan sirkulasi embrio dengan plasenta. Plasenta dengan embrio dihubungkan oleh tali pusat. Di dalamnya terdapat 2 buah pembuluh nadi dan sebuah pembuluh balik yang berhubungan dengan pembuluh-pembuluh darah di dalam plasenta. Zat makanan dan oksigen dari pembuluh darah induknya melalui plasenta ke tali pusat dan selanjutnya ke pembuluh darah embrio. Sedang zat sisa metabolisma dan CO2 dari pembuluh darah embrio, ke tali pusat, terus ke plasenta, dan akhirnya dialirkan ke pembuluh darah ibu. Bila pertumbuhan dan perkembangan janin telah sempurna, janin akan keluar melalui vagina. Selubung janin akan pecah, diikuti keluarnya plasenta.

Regulasi Manusia


Penyakit, Teknologi Dan Gaya Hidup Sehat Pada Sistem Regulasi Manusia
 

Penyakit atau Kelainan pada Sistem Koordinasi (Regulasi)

Kelainan dan penyakit pada sistem koordinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena adanya kerusakan pada sistem koordinasi akibat luka, infeksi mikroorganisme, penggunaan obat-obatan yang melebihi dosis, atau kerusakan sistem koordinasi yang bersifat genetis. Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem koodnasi adalah sebagai berikut :

  A.   Kelainan dan Penyakit pada Sistem Saraf
   a.  Migrain
Penyakit sistem saraf ini mengakibatkan penderitanya merasakan sakit di sebagian kepalanya. Bagian sebelah kiri maupun kanan. Penyakit sistem saraf ini cenderung dianggap sepele. Namun bila dibiarkan, penyakit sistem saraf ini dapat merusak sel-sel saraf pada otak menjadi rusak.

  b.  Sakit Kepala
Penyakit sistem saraf ini sepertinya merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh manusia. Penyebabnya, sebagian besar berasal dari tingkat ketegangan pada sistem saraf manusia. Jika sudah begini, kepala akan terasa sangat berat dan biasanya sering diikuti oleh hilangnya keseimbangan tubuh.

  c.   Vertigo
Tidak berbeda jauh dengan kedua penyakit sistem saraf di atas, Vertigo juga mengakibatkan penderitanya menjadi pusing kepala, kehilangan keseimbangan, tetapi justru kepala terasa sangat ringan, melayang dan sering mengalami gangguan jika berada di ruangan.

  d.  Alzheimer
Alzheimer adalah penyakit sistem saraf yang berupa kehilangan kemampuan untuk peduli kepada diri sendiri. Penderita penyakit sistem saraf ini kehilangan kemampuan dalam hal mengingat peristiwa yang baru terjadi. Penerita penyakit sistem saraf ini kemudian menjadi bingung, menjadi pelupa, sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama, bahkan tersesat saat berada di tempat yang tak asing baginya atau sering dikunjungi. 

  e.    Stroke
Stroke merupakan kematian sel-sel otak disertai gangguan fungsinya yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah otak. Penyebab stroke yang paling umum adalah tekanan darah tinggi atau arterosklerosis atau kedua-duanya.

  f.   Meningitis
Penyakit sistem saraf ini disebabkan karena terjadinya peradangan pada meninges. Penyakit sistem saraf ini dapat menular, dan ditularkan melalui virus. Virus tersebut yang kemudian menginfeksi selaput saraf pada manusia.

  g.   Polio
Polio merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel-sel saraf motorik otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini menular dan jika sudah menyerang tidak dapat diobati. Penularannya dapat melalui makanan. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan vaksin antipolio yang diberikan pada bayi melalui imunisasi oral (diminumkan).

h.  Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya gangguan penghantar impuls listrik pada sel-sel saraf, penderita tumor otak, trauma pada kepala, pengguna obat-obat bius dan penderita cacat otak bawaan. Penderita epilepsi sering mengalami kejang-kejang sampai dari mulutnya mengeluarkan cairan seperti busa. Epilepsi dapat disembuhkan dengan berobat teratur.

  B.   Kelainan dan Penyakit pada Sistem Endokrin

  1.      Sindrom Adrenogenital
Sindrom Adrenogenital merupakan kelainan pada sistem endokrin karena terjadinya kekurangan produksi glukokortikoid yang umumnya disebabkan oleh terjadinya kekurangan enzim pembentuk glukokortikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya hormon adrenotropin meningkat dan merangsang zona retikularis untuk menskresikan androgen sehingga mengakibatkan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder pria pada seorang wanita, yang disebut virilisme.

  2.      Struma
Struma merupakan pembengkakan kelenjar tiroid sehingga menimbulkan benjolan pada leher bagian depan. Penyebabnya antara lain karena adanya peradangan tumor atau kekurangan yodium.

  3.      Hipotiroidea
Hipotiroidea disebabkan oleh terjadinya kekurangan hormon tiroid. Penyebabnya adalah kekurangan yodium pada makanan. Oleh karena itu, penyakit ini dapat dicegah dengan mengonsumsi garam beryodium.

  4.      Hipertiroidea
Hipertiroidea disebabkan oleh terjadinya kelebihan sekresi hormon tiroid dari kadar normal. Gejala-gejalanya adalah berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan meningkat, jantung berdebar, dan BMR meningkat melebihi 20 sampai 100.

  5.      Sindrom Cushing
Sindrom Cushing merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh terjadinya sekresi yang berlebihan dari glukokortikoid dan pemberian obat-obatan kortikosteroid secara berlebihan.

  C.   Kelainan dan Penyakit pada Alat Indra
  a.      Kelainan pada Indra Penglihatan
  1.      Astigmatis
Astigmatis (mata silindris) adalah kelainan pada mafa yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena penderita tidak mampu melihat garis-garis horizontal dan vertikal secara bersama-sama. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata silindris.

  2.     Miopi
Miopi (rabun jauh) adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat jauh. Hal itu terjadi karena bola mata terlalu panjang dan bayangan benda jatuh di depan bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata berlensa cekung (negatif).

  3.     Hipermetropi
Hipermetropia (rabun dekat) adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat. Hal itu terjadi karena bola mata terlalu pendek dan bayangan jatuh di belakang bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata berlensa cembung (positif).

  4.      Presbiopia
Presbiopia (rabun dekat danjauh) adalah kelainan yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat dan jauh. Hal itu terjadi karena daya akomodasi mata mulai berkurang. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa rangkap.

  5.      Rabun Senja
Penderita rabun senja (rabun ayam) tidak dapat melihat dengan baik pada senja dan malam hari ketika cahaya mulai rentang-remang. Gangguan penglihatan ini disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Cara mencegah dan mengatasi gangguan ini ialah dengan mengonsumsi rnakanan yang banyak mensandung vitamin A.

  b.      Gangguan pada Indra Pendengaran
  1.      Radang Telinga
Radang telinga dapat terjadi di bagian luar maupun tengah. Radang telinga bagian luar terjadi karena bakteri, jamur, atau virus yang masuk melalui berbagai cara. misalnya masuk bersama air ketika berenang. Radang telinga tengah (otitis media) dapat terjadi karena bakteri atau virus, misalnya virus influenza.

  2.      Tuli Mendadak
Tuli mendadak merupakan keadaan emergensi di telinga, dimana telinga mengalami ketulian secara mendadak, kadang tanpa disertai keluhan, umumnya mengenai satu telinga.

  c.       Gangguan pada Indra Peraba
  1.      Kutu air
Kutu air adalah sebuah infeksi jamur pada kulit, biasanya di antara jari kaki yang disebabkan oleh jamur parasit, penyakit ini menular.
      
  2.      Kusta
Kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas.

  3.      Panu
Panu merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat.. Jamur yang menyebabkan panau adalah Malassezia furfur.

  d.      Gangguan pada Indra Pengecap
  1.      Mati Rasa
Mati rasa dibedakan menjadi dua yaitu bersifat sementara dan bersifat permanen. Mati rasa sementara terjadi ketika kita memakan atau meminum sesuatu yang suhunya terlalu panas atau terlalu dingin. Sedangkan mati rasa permanen terjadi karena rusaknya jaringan saraf yang berhubungan dengan indra pengecap di otak karena si penderita mengalami trauma pada bagian tertentu di otak.

  2.     Kanker Lidah
Penyebab kanker lidah salah satunya rokok. Asap yang lama mengepul di rongga mulut dan terkena lidah bisa memicu kanker lidah. penyebab terbesar terjadinya kanker lidah karena merokok, terutama yang lebih dari 2 pak per hari. Risiko tersebut akan meningkat jika mengonsumsi alkohol. Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, radiasi, sinar-X dan kemoterapi.
  e.      Gangguan pada Indra Pembau
  1.      Anosmia
Anosmia adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.

  2.      Rhinitis Alergika
Rhinitis Alergika terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap partikel-partikel yang ada di udara yang kita hirup. Sistem kekebalan tubuh kita menyerang partikel-partikel itu, menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-bersin dan hidung meler. Partikel-partikel itu disebut alergen yang artinya partikel-partikel itu dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.


Teknologi Yang Berhubungan dengan Sistem Koordinasi

   1.     Elektroneuromiografi (EMG)
EMG merupakan suatu pemeriksaan yang non-invasif dan dipergunakan untuk memeriksa keadaan saraf perifer dan otot. Dan merupakan pelengkap dari pemeiksaan klinis neurologis maupun pemeriksaan penunjang lain (mis. MRI), sehingga dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan.
Jangkauan pemeriksaan EMG adalah sesuai dengan gangguan Lower Motor Neuron (LMN) yang meliputi cornu anterior, radiks, pleksus, saraf prefier, paut saraf otot dan otot.

   2.     Somato Senseric Evoked Potential (SSEP)
Adalah pemeriksaan yang dipergunakan untuk melihat atau mempelajari lesi-lesi yang letaknya lebih proksimal, sepanjang jaras somato-sensorik (dengan kata lain yang tidak terjangkau dengan EMG – jadi dapat yang bersifat Upper Neuron/UMN).

   3.     Intraoperatif Neurofisiologik Monitoring
Suatu tindakan yang dikerjakan akan menempuh resiko. Lapangan intraoperatif merupakan satu bagian yang penuh dengan resiko dan pembedahan itu sendiri dapat menimbulkan berbagai resiko pada system persyarafan dan anggota gerak.
Pembiusan (anaesthesia) diaplikasikan untuk mencapai penekanan /supresi pada fungsi motorik dan sensorik pasien selama proses pembedahan, namun supresi tersebut tidak mampu memberikan informasi klinis dini/memberi peringatan dini kepada operator jika terjadi bahaya yang mengancam, yang tepat pada waktunya.
Sebagai metode alternatif dari monitoring dan untuk menjaga keselamatan fungsi syaraf dari seorang pasien yang pada saat sedang dalam keadaan terbius total, merupakan tujuan dari intraoperatif neurofisiologik monitoring.
Intraoperatif Neurofisiologik Monitoring merupakan bagian dari neurofisiologi yang tergolong berusia masih sangat muda. Alat ini baru dipergunakan sejak tahun 1994 di Amerika Serikat.
Idealnya adalah bahwa prosedur monitoring ini tidak menambah resiko dari pembedahan, akan tetapi sebaliknya dapat menunjukan manfaat yang positif dalam mengurangi insiden yang dapat membahayakan system persyarafan.
Suatu tujuan dari intraoperatif neurofisiologik monitoring yaitu mendeteksi pada saat yang tepat setiap terjadi kemundurang fungsi pada system persarafan yang dapat terjadi selama operasi berlangsung, sehingga dapat segera kepada operator untuk segera memodifikasi tindakan pembedahan agar fungsi dapat tetap terpelihara.

Gaya Hidup Sehat Untuk Menghindari Penyakit Pada Sistem Koordinasi

   1.     Pola Makan Sehat
Dengan pola makan yang benar, yakni mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tubuh akan
mendapatkan nutrisi yang cukup. Itu artinya setiap kali makan kita harus menyantap
makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (karbohidrat yang mengandung serat dan
zat gizi lainnya), vitamin serta mineral, protein, juga lemak. Tentu saja semua dalam jumlah
yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh. Dengan pola makan sehat seperti ini maka sistem koordinasi dapat berfungsi dengan baik.

   2.     Istirahat yang Cukup
Salah satu cara menjaga sistem koordinasi adalah dengan tidur yang cukup. Setelah melakukan aktifitas fisik dan otak seharian, manusia membutuhkan istirahat yang optimum yang juga menjadi alternatif untuk menciptakan pola hidup sehat karena pada saat manusia melakukan ini, otot dan otak yang selama ini bekerja dapat relaksasi dan beristirahat.

   3.     Olahraga
Olahraga setiap hari dapat membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan meningkatkan kemampuan otak. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak.



   4.     Hindari Stres
Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.

Manusia



Sisitem Organ Pada Manusia


Pengertian Sistem Organ- Tubuh kita terdiri atas berbagai macam bagian-bagian yang mempunyai fungsi dan tugas berbeda-beda, antara lain mulut, hidung, kulit yang merupakan bagian-bagian luar, sedangkan bagian dalam yaitu jantung, paruparu, hati, ginjal, dan lain-lain. Semua bagian-bagian tersebut dinamakan organ. Jadi, apakah yang dimaksud organ? Jika dilihat dari hierarkinya, organ merupakan kumpulan dari berbagai jaringan yang bekerja sama menjalankan satu fungsi yang sama. Misalnya, usus, merupakan organ dalam yang tersusun dari berbagai macam jaringan, antara lain jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan saraf. Jaringanjaringan tersebut bekerja sama dalam rangka menjalankan fungsi usus sebagai alat penyerapan.

Di dalam tubuh kita berlangsung proses-proses metabolisme, baik katabolisme maupun anabolisme. Proses-proses tersebut berlangsung terkoordinir dan dilakukan oleh serangkaian organ-organ tubuh. Misalnya, saat Anda melakukan aktivitas makan. Coba sebutkan organ-organ yang terlibat untuk menjalankan aktivitas tersebut! Tentu saja perlakuan pertama mulut, diteruskan ke kerongkongan, kemudian lambung, usus halus, usus besar, dan terakhir anus. Proses-proses tersebut dilaksanakan oleh beberapa organ untuk menjalankan fungsi, yaitu pencernaan. Inilah yang disebut dengan sistem organ. Jadi apakah yang dimaksud sistem organ? Sistem organ merupakan kumpulan dari berbagai organ yang bekerja sama untuk melakukan suatu fungsi tertentu. Sistem organ selanjutnya akan membentuk individu.

Ada beberapa sistem organ dalam tubuh manusia antara lain, sistem organ pencernaan, respirasi, reproduksi, sirkulasi, gerak, ekskresi, saraf, peredaran darah, dan lain-lain. Perhatikan Tabel berikut!

 Tabel Bagian-bagian Sistem Organ dan Fungsinya

No
   

Sistem
   

Organ
   

Fungsi

1.Sistem pencernaan
   

Mulut, faring, eksofagus, lambung, usus, hati, kantong empedu, dan pankreas
   

Mencerna makanan, mengabsorbsi molekul-molekul makanan yang sudah disederhanakan

2.Sistem pernafasan
   

Hidung, faring, laring, trakea, bronkus, paru-paru
   

Pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida)

3.Sistem gerak
   

Tulang, otot
   

Menyokong dan melindungi organ dalam

4.Sistem transfortasi
   

Jantung, arteri, vena, kapiler, pembuluh limfatik, kelenjar limfa
   

Mengangkut oksigen dan sari makanan ke seluruh sel tubuh, dan mengangkut zat hasil metabolisme yang tidak berguna keluar dari sel tubuh, serta melindungi tubuh dari penyakit

5.Sistem ekskresi
   

Paru-paru, ginjal, kulit dan hati
   

Mengeluarkan sisa metabolisme dari dalam tubuh dan menjaga kesembangan sel dengan lingkungannya

7.Sistem reproduksi
   

Testes, ovarium
   

perkembangbiakan

Hewan

 Reproduksi pada hewan

Reproduksi pada Invertebrata

1.    Perkembangbiakan aseksual
Perkembangbiakan secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara:
  • Membelah diri (pembelahan biner),  yaitu pembelahan diri dari satu sel menjadi dua sel baru. Misalnya, terjadi pada Protozoa.
  • Fragmentasi, yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan selanjutnya membentuk koloni sel baru. Misalnya, terjadi pada Volvox.
  • Sporulasi atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium (penyebab malaria) pada fase oosit. Oosit akan membelah dan selanjutnya akan menghasilkan sporozoit.
  • Pembentuhan tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifera
  • Dengan regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya bagian tadi dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap. Misalnya pada Planaria dan Bintang Laut
image thumb53 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewan
Amoeba, membelah diri
image thumb54 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewan
Volvox, berbiak dengan fragmentasi
image thumb56 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewan
Plasmodium, melakukan sporulasi
image thumb57 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewan
Hydra, hewan bertunas
image thumb58 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewan
Planaria, melakukan regenerasi
image thumb59 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewan
Bintang Laut, melakukan regenerasi
2.    Perkembangbiakan seksual
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
  2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
    • Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya Paramecium.
    • Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Pembiakan seksual lainnya dapat kita temukan pada:
Hydra
image thumb60 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewanSelain berkembang biak secara aseksual (bertunas) Hydra juga dapat berkembang biak secara seksual. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan pembentukan testis dan ovarium, yang terdapat pada satu tubuh (hermafrodit). Alat tersebut masing-masing menghasilkan spermatozoid dun ovum. Hasil pembuahannya adalah zigot yang selanjutnya akan berkembang menjadi hewan baru.
Cacing pita
image thumb61 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewanTubuh cacing pita terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid. Pada setiap proglotid terdapat ovarium yang menghasilkan ovum dan testis yang menghasilkan sel sperma. Bila sel telur dan sel sperma sudah masak, maka terjadilah pembuahan didalam proglotid yang menghasilkan zigot.
Cacing tanah
image thumb62 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewanDalam tubuh cacing tanah terdapat beberapa segmen yang kulitnya menebal disebut klitelum. Dalam segmen tersebut terdapat testis yang membentuk spermatozoid, dan ovarium yang membentuk ovum. Walaupun ovum dan spermatozoid terdapat dalam satu tubuh, cacing tanah tidak pernah mengadakan pembuahan sendiri, tetapi melakukan perkawinan dengan mempertukarkan spermatozoid (perkawinan silang).
Serangga
image thumb63 Sistem Reproduksi (1) : Reproduksi pada hewanPada beberapa jenis serangga, misalnya lebah madu (Apis indica), terdapat koloni yang terdiri atas ratu yang fertil, pejantan fertil dan mati setelah kawin, dan  pekerja yang mandul (steril). Pada waktu kawin, sperma dari jantan disimpan dalam kantung sperma di induk betina. Sperma ini merupakan cadangan sperma selama ratu hidup. Bila telur yang telah matang dibuahi oleh sperma, telur tersebut akan berkembang menjadi calon ratu, calon pekerja atau prajurit, sedangkan yang tidak dibuahi (partenogenesis) akan berkembang menjadi pejantan. Lebah pekerja dan prajurit menjadi mandul (streril) karena pengaruh lingkungan, yaitu kurang makan.

Reproduksi pada Vertebrata

Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu melalui peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Bila terjadi di luar tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya pada ikan dan katak. Bila pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi interna. Misalnya pada reptilia, burung, dan hewan menyusui.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:
  1. Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya. Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari cadangan makanan dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian reptilia.
  2. Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak seperti melahirkan. Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis ular.
  3. Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan menyusui lainnya.
Ikan
Ikan termasuk hewan yang bersifat ovipar. Ikan tidak mempunyai organ perkawinan. Pembuahan terjadi diluar tubuh, yaitu di dalam air. Sekali bertelur ikan mampu menghasilkan ribuan telur yang tidak dilindungi oleh cangkang. Telur yang telah dibuahi selanjutnya ada yang dibiarkan terapung-apung dalam air, ada yang ditempatkan dalam sarang dan dijaga oleh induknya, ada yang ditempelkan pada tanaman dalam air, serta ada pula yang disimpan di dalam rongga mulut induk betinanya seperti pada mujaer.
Amfibi
Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal. Telur yang telah dibuahi akan bergerombol dipermukaan air. Setelah enam hari telur akan menetas menghasilkan berudu atau kecebong. Berudu hidup di dalam air dan bernafas dengan insang. Setelah mengalami metamorfosis selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk menjadi katak. Pada umur satu tahun katak telah menjadi dewasa.
Reptilia
Ada yang meletakkan telur (ovipar) dan ada pula yang bersifat ovovivipar. Pembuahan terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Telur dilindungi oleh cangkang. Telur yang dikeluarkan ada yang disembunyikan didalam pasir, di dalam lumpur, ada yang dierami. Pada kadal telurnya menetas di dalam tubuh (ovovivipar).
Aves
Fertilisasi internal dengan kloaka. Semua jenis burung bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar). Ada burung yang mengerami telurnya, ada yang menyimpannya dalam lubang-lubang yang ditutupi daun, ada pula yang menyimpan telurnya didalam pasir. Seekor burung sekali musim hanya mampu bertelur beberapa butir saja. Pada burung merpati, sekali musim bertelur mengeluarkan 2 butir telur yang akan menetas menghasilkan burung jantan dan betina. Embrio yang berkembang dalam cangkang mendapat makanan dari cadangan makanan yang tersimpan dalam telur tersebut.
Mamalia
Fertilisasi intemal, karena telah memiliki organ reproduksi sempurna. Kecuali golongan hewan berparuh bebek (Platypus), semua hewan menyusui selalu melahirkan (vivipar). Telur mamalia kecil dan mengandung sedikit cadangan makanan. Embrio mendapat makan dari rahim induknya melalui plasenta.

Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah

Sistem ekskresi adalah sistem organ pada makhluk hidup yang berfungsi untuk mengeluarkan ekskrit. Ekskrit adalah sisa metabolisme yang tidak lagi berguna dan harus dibuang dari dalam tubuh.
Sesuai dengan jenis makhluk hidupnya, sistem ekskresinya sangat bervariasi dalam hal fungsi dan kompleksitas. Semakin tinggi tingkatan suatu makhluk, umumnya makin kompleks sistem ekskresinya.
Berikut ini adalah sistem ekskresi pada hewan.
Protozoa
Sistem ekskresi Protozoa, misalnya pada Paramecium, dilakukan oleh vakuola kontraktil. Vakuola ini biasa ditemukan pada Protozoa yang hidup di air tawar. Disebut vakuola kontraktil karena vakuola ini bisa membesar dan mengecil. Selain untuk ekskresi, vakuola kontraktil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis. Itu sebabnya sering disebut sebagai osmoregulator.
vakuola kontraktil Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah
Cacing Pipih (Platyhelminthes)
Contoh cacing pipih mudah kita kenal adalah Planaria. Alat ekskresi Planaria disebut sel-sel api atau flame cell. Cairan tubuh yang melewati sel api akan disaring, lalu zat-zat sisa yang dikandungnya akan diserap oleh sel api. Gerakan bulu getar di dalam saluran sel api akan mendorong zat air ke arah saluran gabungan. Melalui saluran gabungan inilah, akhirnya zat-zat sisa dibuang ke luar melalui lubang ekskresi.
flamecell Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah
Cacing Tanah (Anellida)
Alat ekskresi cacing tanah dikenal dengan nefridium. Setiap nefridium dilengkapi corong terbuka atau nefrostoma yang terdapat pada setiap sekat pemisah somit (ruas tubuh). Corong tersebut melalui sekat menjadi pembuluh panjang yang mempunyai saluran berliku-liku yang terdapat pada setiap segmen berikutnya. Saluran berliku-liku ini dikelilingi pembuluh darah. Pada saat cairan melalui nefrida, zat-zat yang berguna akan diserap oleh darah, sedangkan cairan tubuh yang berupa zat sisa yang tidak berguna seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan tubuh akan ditampung dalam kantong kemih, selanjutnya dikeluarkan melalui lubang nefridium.
nefridium cacing Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah
Serangga
Alat ekskresi serangga, misalnya belalang, berupa pembuluh malpighi. Pembuluh ini melekat pada satu atau kedua ujung usus. Zat-zat sisa metabolisme (ekskrit) yang berupa senyawa nitrogen dari cairan tubuh diubah menjadi asam urat lalu diserap pembuluh malpighi, dan diangkut ke usus terutama pada rektum. Air yang berlebih diserap oleh usus, sehinga kotoran serangga berupa butiran-butiran padat.













pembuluh%2520malphigi%2520belalang Sistem Ekskresi (1): Sistem ekskresi pada hewan rendah

Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata


a. Ikan (Pisces)
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal. Ginjal ini dilengkapi urethra, yang muaranya menyatu dengan muara saluran kelamin, sehingga disebut muara saluran urogenitalis.
anatomi ikan Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Anatomi ikan. Perhatikan ginjal (kidney)
adaptasi ikan air tawar Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Cara adaptasi ikan air tawar. Perhatikan aliran air.
adaptasi ikan air laut Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Cara adaptasi ikan air laut. Perhatikan aliran air.
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dengan larutan yang ada di sekitamya, ikan yang hidup di air laut dan air tawar mempunyai proses ekskresi berbeda. Ikan air laut banyak minum, sedikit mengeluarkan urine. Garam-garam yang masuk bersama air yang diminum, akan dikeluarkan secara aktif melalui insang. Sebaliknya, ikan air tawar sedikit minum namun banyak mengeluarkan urine.
b. Amfibi dan Reptil
Alat ekskresi katak (Amphibi) berupa sepasang ginjal kiri dan kanan. Zat-zat sisa seperti urine, garam-garam yang berlebihan, air yang berlebih akan dikeluarkan. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui ureter menuju ke kantong kemih.
urogenital kodok Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
theraskin bmc Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Alat urogenital kodok jantan dan betina
Alat ekskresi pada reptil, misalnya kadal, tidak jauh berbeda dengan katak. Alatnya berupa ginjal, berjumlah sepasang. Salurannya bermuara pada kloaka.
c.  Burung (Aves) dan Mamalia
Alat ekskresi burung berupa paru-paru, ginjal, dan kulit. Ginjalnya berjumlah sepasang berwarna coklat. Saluran ekskresi, saluran kelamin dan saluran pencernaan menyatu bermuara pada kloaka. Burung tidak mempunyai kantong urine. Urine yang dihasilkan ginjal langsung bercampur dengan sisa pencernaan dan langsung dikeluarkan melalui kloaka. Kulit burung tidak mempunyai kelenjar keringat, tetapi mempunyai kelenjar minyak (glandula uropigialis) yang terdapat pada ekor. Minyak ini berguna untuk meminyaki bulu agar tidak basah sewaktu terkena air.
anatomi burung Sistem Ekskresi (2): Sistem ekskresi pada Vertebrata
Anatomi internal Aves.

Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan 

 

Jika kita perhatikan tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan yang sangat besar, dimana tumbuhan tidak dapat bergerak dengan aktif seperti hewan. Hal ini disebabkan karena bentuk sel tumbuhan yang kaku sehingga tidak fleksibel, berbeda dengan sel hewan yang fleksibel dan bentuknya dapat berubah-ubah.


Selain dari bentuknya, perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan juga dapat dibedakan dari hal-hal berikut:


Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

Sel Tumbuhan


  1. Sel tumbuhan lebih besar dari sel Hewan
  2. Tidak memiliki lisosom
  3. Tidak memiliki sentrosom
  4. Memiliki dinding sel dan membran sel
  5. Umumnya memiliki plastida
  6. Mempunyai bentuk yang tetap
  7. Memiliki vakuola ukuran besar, banyak

Sel Hewan



  1. Sel Hewan lebih kecil dari sel Tumbuhan
  2. Tidak memiliki plastida
  3. Tidak memiliki dinding sel
  4. Memiliki lisosom
  5. Memiliki sentrosom
  6. Mempunyai bentuk tidak tetap
  7. Tidak memiliki vakuala (walaupun ada juga yang memiliki vakuola tapi ukuran kecil)
  8.  

Sel (biologi)

Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan

Sel selaput penyusun umbi bawang bombai (Allium cepa) dilihat dengan mikroskop cahaya. Tampak dinding sel yang membentuk "ruang-ruang" dan inti sel berupa noktah di dalam setiap ruang (perbesaran 400 kali pada berkas aslinya).

Sel bakteri Helicobacter pylori dilihat menggunakan mikroskop elektron. Bakteri ini memiliki banyak flagela pada permukaan selnya.
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel.Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal,atau disebut organisme uniseluler, misalnya bakteri dan ameba. Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing.Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 sel. Namun demikian, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel-sel pada organisme multiseluler tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri sendiri.Sel yang sama dikelompokkan menjadi jaringan, yang membangun organ dan kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme tersebut. Contohnya, sel otot jantung membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari sistem organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas komponen-komponen yang disebut organel.
Sel terkecil yang dikenal manusia ialah bakteri Mycoplasma dengan diameter 0,0001 sampai 0,001 mm,sedangkan salah satu sel tunggal yang bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang belum dibuahi. Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai 100 µm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17. Robert Hooke pertama kali mendeskripsikan dan menamai sel pada tahun 1665 ketika ia mengamati suatu irisan gabus (kulit batang pohon ek) dengan mikroskop yang memiliki perbesaran 30 kali. Namun demikian, teori sel sebagai unit kehidupan baru dirumuskan hampir dua abad setelah itu oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Selanjutnya, sel dikaji dalam cabang biologi yang disebut biologi sel.